Kerusuhan politik buntut dari tewasnya demonstran di Jakarta pada 28 Agustus 2025, kini merambah pasar keuangan Indonesia, menempatkan rupiah dan saham di bawah tekanan berat.
Rupiah tertekan
Akhir pekan, 29 Agustus 2025, rupiah melemah hampir 1%, merosot ke sekitar Rp16.475 per dolar AS, sebagai level terlemahnya dalam beberapa minggu. Investor menarik aset lokal karena unjuk rasa menyebar di Jawa dan pulau lainnya, diguncang oleh kemungkinan ketidakstabilan yang berkepanjangan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga anjlok lebih dari 2%, dengan saham perbankan dan konsumen terpukul paling parah. Para analis mengatakan aksi jual ini mencerminkan kekhawatiran bahwa investor asing dapat mempercepat arus keluar modal jika kerusuhan berlanjut.
“Pasar tidak menyukai ketidakpastian, dan apa yang kita lihat di Jakarta justru seperti itu,” kata Ratri Kusuma, ekonom di Mandiri Sekuritas. “Rupiah akan tetap tertekan selama tidak ada kejelasan tentang bagaimana pemerintah menangani krisis ini.”
Bank Sentral turun tangan
Bank Indonesia bergerak cepat untuk meredakan gejolak. Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valuta asing dan domestik, serta meningkatkan pembelian obligasi pemerintah. Langkah-langkah darurat ini membantu menstabilkan rupiah, tetapi para ekonom memperingatkan bahwa langkah-langkah tersebut mungkin hanya membantu jangka pendek jika demonstrsi terus meningkat.
“Bank sentral memiliki perangkat untuk meredakan volatilitas,” ujar James Lee, ahli strategi regional di HSBC Singapura. “Namun jika kerusuhan semakin intensif, intervensi saja tidak akan cukup untuk meningkatkan kepercayaan investor.”
Krisis kepercayaan
Guncangan pasar didorong oleh lebih dari sekadar kerusuhan di jalanan Jakarta. Bagi investor, krisis ini menimbulkan pertanyaan yang lebih mendalam:
- Stabilitas politik: Akankah otoritas Presiden Prabowo Subianto melemah di bawah tekanan? Jika demikian, apa peran Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam potensi transisi?
- Penundaan kebijakan: Mungkinkah kerusuhan ini menggagalkan reformasi ekonomi pemerintah, termasuk kebijakan perpajakan dan ketenagakerjaan yang kontroversial?
- Pelarian Modal: Jika kepercayaan semakin terkikis, Indonesia berisiko mengalami gelombang arus keluar dana asing, yang dapat menekan rupiah lebih lanjut.
“Investor asing akan menunggu dan melihat, tetapi jika mereka merasakan keretakan politik yang lebih dalam, kita bisa melihat arus keluar yang jauh lebih besar,” kata Maria Sihombing, kepala riset di Trimegah Sekuritas.
Apa selanjutnya?
Para ekonom mengatakan, arah demonstrasi akan menentukan apakah rupiah akan stabil atau melemah. Jika potensi kerusuhan bisa dikendalikan di kota-kota besar, intervensi Bank Indonesia mungkin cukup untuk mempertahankan posisi.
Namun, jika unjuk rasa menyebar ke seluruh negeri dan aparat keamanan merespons dengan lebih banyak represi, investor bisa kehilangan kepercayaan, mendorong rupiah melampaui 16.700 per USD dan menyeret saham lebih jauh ke bawah.
Untuk saat ini, sistem keuangan Indonesia tetap stabil di bawah tekanan. Namun dengan kemarahan yang masih membara di jalanan, keseimbangan antara krisis politik dan stabilitas ekonomi tampak semakin rapuh.
0 Comments