Metode Praktisi Mengajar seperti yang diterapkan di perguruan tinggi nasional, ternyata juga mulai ditiru di tingkatan di bawahnya.
Adapun konsep Praktisi Mengajar di perguruan tinggi ialah sebagai bentuk transformasi sistem pendidikan, di mana para praktisi akan mengajari proses perencanaan hingga pembelajaran supaya mendapatkan hasil yang lebih optimal.
Para mahasiswa juga akan dibebaskan untuk berinteraksi langsung dengan para praktisi, yang telah berpengalaman di bidangnya masing-masing.
Lalu bagaimana cara konsep seperti itu diterapkan di tingkat sekolah menengah atas atau SMA?
"Lewat peningkatan minat dan bakat para siswa dan siswi SMA," ungkap motivator nasional yang juga penulis 7 buku motivasi terlaris, Aris Setiawan.
Menurut pria lulusan IPB University itu, harapan utama negara ini --bagi para murid SMA pascalulus dari sekolah, adalah supaya mereka langsung lanjut belajar ke perguruan tinggi.
Namun, lanjut Aris, ada beberapa siswa dan siswi yang terpaksa harus mengenyam dunia kerja terlebih dulu, sebelum bisa melanjutkan proses pembelajaran ke perguruan tinggi, lantaran faktor tertentu.
Sehingga untuk mengantisipasi hal itu, maka pihak sekolah memiliki kewajiban memberi bekal terbaik bagi para peserta ajarnya.
Salah satu sekolah, yang baru saja menerapkan metode semirip Praktisi Mengajar ialah di SMA Negeri 39 Jakarta.
Pengajar SMA Negeri 39 Jakarta, Fitri Rizkiyah, yang juga guru mata pelajaran Sosiologi, mengatakan pihaknya mengundang praktisi fotografi untuk memberi bekal penguatan kualitas fotografi bagi murid ajarnya.
"Kami menjaring minat para siswa dan siswi yang senang dengan fotografi, kemudian memberi mereka materi ajar langsung dari praktisinya," ungkap Fitri, Rabu (15/10/2025).
Adapun praktisi yang diundang oleh SMA Negeri 39 Jakarta adalah jurnalis Hops.ID yang juga koresponden Maritime Fairtrade, salah satu media di Singapura, Angiola Harry.
Sebagai fotografer professional dan juga wartawan yang memiliki pengalaman selama 22 tahun, Angiola diminta untuk memberi pemaparan teknik fotografi untuk sektor storytelling atau foto berkisah.
Fotografi dengan unsur bercerita, umumnya dikenal sebagai fotojurnalistik.
Menurut Angiola, pentingnya mengetahui unsur informasi dibalik foto bagi para murid SMA ialah untuk menghasilkan kualitas foto yang tidak hanya memiliki nilai keindahan, tapi juga nilai berita.
"Sehingga para siswa dan siswi akan terasah instingnya dalam mengendus informasi di balik gambar yang mereka ambil dari sebuah peristiwa. Harapannya, mereka tidak hanya akan menghasilkan uang dari foto, tapi juga bisa memaparkan informasi factual tanpa unsur hoax dari sebuah foto otentik," ujar Angiola yang juga anggota komunitas fotografi FreeLens.
Dia melanjutkan, permintaan mengajar fotojurnalistik tersebut merupakan kali kedua di tahun ini, setelah sebelumnya pada pertengahan Maret 2025 lalu di SMA Negeri 13.
"DI SMA Negeri 13, saya diminta mengajarkan ke para murid untuk memahami konsep video shooting dengan dasar fotografi. Para pesertanya sama dengan yang di SMA Negeri 39, yakni mereka yang memiliki minat di bidang fotografi," ungkapnya.
Beberapa peserta pelatihan fotografi bahkan masih berkonsultasi dengan pemateri, meski pelatihan telah selesai.
Menurut Arya, salah satu siswa SMA Negeri 39 Jakarta kelas XI yang mengikuti pelatihan, materi fotografi tidak akan pernah habis dibahas karena memiliki banyak unsur penggalian informasi.
Sedangkan menurut Azzam, siswa kelas X yang menekuni hobi fotografi sejak di awal bangku SMP mengaku, penasaran kepada hal yang berkaitan dengan teknik foto.
"Saya ingin banyak menghasilkan foto panning, night photography, nature lighting photo, dan lainnya," ungkap Azzam.
0 Comments